HERMENEUTIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU BERSAMA PROF. MARSIGIT
Oleh: Ahmad Syajili
Penjelasan Pak Prof. Marsigit diawali dari pengertian hermeneutika. Hermeneutika merupakan suatu hal yang mengalami perubahan sesuai ruang dan waktu atau bisa juga diartikan sebagai sebuah proses untuk memahami dan menafsirkan sesuatu yang menembus ruang dan waktu. Sedangkan hermeneutika jika dinaikkan ke tingkat spiritual maka disebut dengan silaturahim. Di dalam hermeneutika terdapat dua unsur. Pertama yaitu tanda garis lurus. Garis lurus bisa juga dikatakan sebagai proses dimana kita tidak akan bisa mengulangi suatu hal yang sama. Kedua yaitu tanda lingkaran, dimana lingkaran dimaksudkan sebagai sebuah praktek, yang akan melakukan interaksi.
Jadi hermeneutika bisa juga diartikan sebagai suatu cara atau proses untuk menuju perubahan. Sehingga keberadaan hermeneutika ini menjadi suatu hal yang penting dalam bidang pendidikan, tidak terkecuali untuk bidang pendidikan Matematika. Oleh karena itu, melalui hermeneutika siswa diharapkan mampu mengeksplorasi pengetahuannya menuju perubahan dalam hal pemahaman seiring dengan ruang dan waktu, sehingga memang diharapkan siswa bisa menyelesaikan persoalan dalam matematika.
Salah satu hermeneutika dalam pembelajaran matematika adalah dalam Iceberg Theory. Teori ini merupakan visualisasi dari proses pembelajaran matematika realistik atau yang dikenal sebagai Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
Gambar teori Iceberg
Berdasarkan skema pembelajaran yang terdapat pada gunung es ini, terlihat beberapa lapisan yang menggambarkan sebuah proses. Seperti yang kita ketahui bahwa gunung es pada awalnya terbentuk di dasar laut dan semakin ke atas semakin meruncing. Sehingga yang terlihat dari permukaan hanyalah puncak dari gunung es, sedangkan dasarnya tidak terlihat akan tetapi bisa dipastikan dasar inilah yang membuat kokohnya gunung es.
Begitu juga implikasi dari gunung es ke dalam matematika bahwa dari gambar terlihat lapisan bawah pertama yaitu “mathematical world orientation”. Maksudnya adalah dalam mengenalkan matematika kepada anak-anak mulailah dari hal-hal konrit yang berasal dari dunia nyata. Pada lapisan selanjutnya adalah “model material”, dimana hal ini merupakan proses pembentukan skema dari matematika. lapis diatasnya adalah “building stones: number relations”, dimana pada tahap ini disebut juga sebagai tahap membangun pengetahuan. Dan yang paling atas adalah “formal notation”, yang bisa dikatakan inilah formal abstrak dari matematika.
Maka berdasarkan teori gunung es ini, hendaklah guru mampu mengenalkan matematika sesuai dengan tahap-tahapnya agar siswa benar-benar memahami matematika dengan baik. Dimulai dari mengenalkan matematika yang berkaitan dengan dunia nyata sebagai dasar pengetahuan siswa dan pada akhirnya siswa mampu memahami matematika secara formal.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar